Minggu, 29 Januari 2012

uji nyali



Hai Salam kenal, aku biasa dipanggil Bazonk oleh temen-temen didesaku. Aku ingin berbagi cerita seram dari pengalamanku sendiri. Sebelumnya minta maaf kalau tulisannya kacau/berantakan dan gak nyambung dan aku juga gak bisa nulis bahasa gaul. Langsung saja ke ceritanya :

Dulu waktu masih kecil, aku sangat amat penakut sama yang namanya hantu/setan dan sejenisnya. Saking penakutnya, sampai-sampai tidur siang pun harus ada yang nemanin entah itu ibu, bapak atau kakak-kakakku, dan bila bangun tidur trus gak ada orang didekatku aku langsung teriak sambil nangis. Heheeee penakut sekali kan hehee

Sampai umurku sekitar 12 tahun aku masih penakut, sampai aku ikut latihan bela diri yang sudah merakyat di desa tempat aku tinggal (desa di daerah kabupaten Madiun). Itupun kalau berangkat ketempat latihan tidak ada temannya aku juga gak berangkat ketempat latihan, maklum masih penakut heheeee karena jadwal latihannya itu malam hari dari habis isya sampai lewat jam 12 malam. Untungnya ada tetanggaku yang juga ikut latihan, jadi aku dan tetanggaku yang umurnya 1 tahun lebih tua dariku ini biasa berangkat dan pulang sama-sama dari/ke tempat latihan.

Walaupun sudah sering pulang tengah malam tapi aku masih aja penakut (maklum bawaan dari bayi kali). Sampai kenaikan tingkat (kenaikan sabuk dari sabuk hitam ke sabuk jambon) itu aku masih penakut. Nah ini yang paling aku takutkan dari berbagai jenis latihan yang aku terima dari latihan itu, karena setiap kali ada kenaikan tingkat itu ada tes mental untuk mengetahui seberapa kuat mental para siswa latihan itu (oh ya kalau masih dilatih itu disebut siswa).

Penjelasan dikit masalah tes mental : tes mental itu dimana para siswa harus mengelilingi desa dengan rute yang sudah ditetapkan oleh pelatih. Rute dimulai dari tempat latihan trus jalan kaki menuju pemakaman umum dan kembali lagi ke tempat latihan. Minimal rute yang ditempuh itu sekitar 2 km dan minimal rutenya itu melewati 3 tempat yang dikenal angker oleh penduduk desa. Tiga tempat yang angker itu belum termasuk kuburan yang menjadi tempat tujuan untuk mengambil sabuknya dan 3 tempat angker lagi untuk rute menuju tempat latihan.

Malam sebelum tes mental dilaksanakan aku sudah ketakutan (membayangkan akan ada hantu yang menampakkan diri). Beruntung sekali, sore sebelum aku berangkat latihan, aku ketemu sama mbah M (Mbah M ini adiknya kakekku alm. Sekarang mbah M juga sudah alm). Trus aku ngomong sama mbah M kalau aku mau ikut tes mental dan aku takut. Akhirnya sama mbah M aku dikasih bacaan (maaf bacaannya tidak bisa ditulis). Awalnya sih aku gak yakin sama bacaannya mbah M karena bacaan itu sering aku dengar lewat candaan anak-anak dan orang-orang desaku. Nah dengan modal bacaan itu akhirnya aku berangkat ketempat latihan.

Jalannya tes mental : sekitar jam 11 malam, kakak-kakak pelatih sudah membagikan nomor urut untuk 28 siswa dan aku kebagian nomor 17 (1 nomor untuk 1 siswa). Sekitar jam 12 malam tes mentalpun dimulai. Nomor 1 mulai jalan dan sekitar 10 menit giliran nomor 2 dan begitu seterusnya sampai tiba giliranku untuk jalan. Dan saat kakak pelatih memanggil nomor 17 aku langsung tegang bukan main, trus sama kakak pelatih aku disuruh berdoa.

Selesai berdoa aku jalan untuk mengelilingi desa, dari tempat latihan terus jalan sampai pada perempatan belok kiri menuju jembatan (peninggalan jaman Belanda), jarak dari perempatan sekitar 50m (jembatan ini penghubung desaku dan desa tetangga, jembatan ini terkenal angker, banyak warga desa yang melihat penampakan-penampakan di jembatan ini). Sampai di jembatan tiba-tiba ada bayangan hitam dan besar lewat cepat sekali dari pohon bambu sebelah kiri jembatan ke pohon mangga di kanan jembatan kira-kira 2m didepanku.

Tanpa komando bulukuduk ku langsung berdiri, tapi anehnya aku tidak merasa takut tapi cuma kaget saja, mungkin gara-gara berdoa dulu sebelum jalan atau karena bacaan dari mbah M. Tanpa pikir panjang aku jalan lagi menuju pos yg dijaga kakak-kakak pelatih (jaraknya sekitar 50m dari jembatan tadi). Oh ya setiap habis melewati tempat yang angker, disitu disediakan pos untuk jaga-jaga kalau-kalau ada terjadi sesuatu pada siswa atau untuk ngerjain siswa yang ikutan tes. Sampai di pos, disitu sudah disiapkan wajan penggorengan untuk merias wajah siswa dengan pantat wajan itu heheeee. Jadi mau gak mau wajah siswa pada item semua, jadi kalau ditempat gelap yang kelihatan cuma mata sama giginya saja, keren kan heheeee,

Sekitar 5 menit di pos aku melanjutkan perjalan lagi ke pos selanjutnya melewati tempat angker ke 2. 5 menit jalan akhirnya sampai juga ditempat angker ke 2 (rumah dipinggir sungai yang disediakan oleh pemerintah untuk rumah penjaga pengairan sawah. Rumah ini belakang, samping kiri dan kanannya pohon bambu semua dan dari tahun 1990 sudah kosong dan sampai sekarang tahun 2011 tetap masih kosong). Di rumah ini orang sering mendengar suara cewek nangis, ketawa atau bernyanyi. Ditempat yang ke 2 ini untungnya aku tidak melihat yang aneh-aneh cuma merinding saja. Walaupun merinding aku terus jalan menuju pos berikutnya, dipos ini aku cuma ditendang dan dipukuli saja (itu mah makanan sehari-hari saat latihan, jadi sudah biasa saja).

Selesai di pos itu trus aku jalan lagi menuju pos 3 melewati tempat angker ke 3 (pos 3 harus melewati jalan setapak yang sebelah kanannya sungai untuk irigasi sawah, trus sebelah kirinya sungai besar yang sepanjang pinggiran sungainya banyak pohon bambu, panjang jalan setapaknya sekitar 100m). Dari awal memasuki jalan ini bulukuduk ku sudah berdiri semua, sampai dipertengahan jalan aku berhenti sambil membaca doa-doa yang aku bisa. Mau tau kenapa aku berhenti dan berdoa? itu karena aku melihat asu baong (anjing yang besarnya kaya pedet, sebutan untuk anak sapi di desaku) muncul dari pohon nangka dekat sungai irigasi menyebrang jalan setapak menuju sungai besar dikiri jalan setapak tadi.

Sesudah asu baong tadi hilang aku baru lega dan melanjutkan perjalanan lagi. Tapi baru jalan sepuluh langkah tiba-tiba dari arah pohon bambu sungai besar tadi ada bayangan putih loncat didepanku (sekitar 1m didepanku). Karena kaget, aku mundur satu langkah trus aku baca doa lagi karena bayangan putih tadi ternyata Mr.pocong (aku gak tau mukanya Mr.pocong karena dia membelakangiku). Walaupun bulukuduk ku tetap berdiri entah kenapa aku gak merasa takut dan terus melihatnya sambil baca doa yang aku bisa sampai Mr.pocongnya loncat kepohon bambu lagi. Setelah Mr.pocong pergi aku jalan lagi menuju pos selanjutnya yang terletak didepan pemakaman.

Di pos ini aku dikerjain/dipukulin lagi seperti di pos sebelumnya. Selesai di pos ini aku disuruh masuk kepemakaman untuk ngambil sabuk yang gak tau ditaruhnya disebelah mana. Sampai di pintu kuburan aku bengong sendiri karena ditengah-tengah kuburan aku melihat ada cewek cantik (umurnya sekitar 20an tahun) memakai daster warna kuning gading. Dia duduk diatas maesan kuburan (batu untuk menulis nama dari orang yang dikubur disitu) dekat lilin (didalam pekuburan dikasih lilin biar siswa yang masuk kakinya gak kena batu maesan). 5 menit bengong, aku dikagetkan oleh suara kakak pelatihku:

Pelatih : Woii kenapa berdiri disitu. Cepat cari sabuk sana
Aku : Iya kak

Selesai aku menjawab aku menoleh lagi ke cewek tadi tapi cewek itu sudah gak ada (kalau itu orang gak mungkin karena dia ditengah-tengah pemakaman dan gak mungkin dia bisa lari sembunyi dengan waktu yang cuma 3 detik saat aku ditegur pelatih). Ya sudahlah pikirku yang penting aku nyari sabuk dulu saja. Setelah nyari 10 menit akhirnya ketemu juga sabuknya. Sesudah sabuk ketemu aku keluar dari pemakaman untuk melanjutkan perjalanan ketempat latihan...

Perjalanan dari pemakaman ketempat latihan gak usah ditulis ya karena gak ada kejadian yang aneh-aneh diperjalanan selain di pos-pos tempat aku dikerjain dan dipukuli oleh kakak-kakak pelatih.

Nah itulah awal dari hilangnya rasa takutku pada hantu/setan dan sejenisnya, walaupun ada tapi cuma dikit heheeee...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar